Minggu, 01 September 2019

3 Bulan Menuju...

Sudah satu tahun lamanya tidak menulis di blog ini.
Padahal dulu, setiap ada apapun yang terasa perlu dikeluhkan maka akan lari ke sini.
Sayangnya, aku sudah cukup penat di setiap harinya sehingga untuk sekadar menulis saja rasanya malas sekali.

Namun, untuk kali ini izinkan aku untuk memulai kembali sebuah cerita yang mungkin saja akan dikenang saat dibaca kembali.



Bandung, 01 September 2019


Hari ini aku akan memulai perjalanan baru yang sudah ku semogakan dari sekian tahun yang lalu.
Alhamdulillah, Maha Baik sekali Allah-ku ini.
Terhitung sejak hari pengumuman bulan lalu, aku resmi dan tercatat sebagai seorang mahasiswi Pascasarjana di Universitas Pendidikan Indonesia.

Sebuah cita yang dengan demikian indahnya Allah beri dan kabulkan.
Perjalanan ini tentu tidak akan mudah, bukan diri ini pesimis, melainkan ini memang sebuah ujian yang harus ku tempuh untuk sampai pada tujuan yang diharapkan.
Tujuannya ialah Wisuda di tahun 2021 dengan predikat "Lulus Dengan Pujian".
ku Aamiin-kan tulisan ini sendiri.


Untuk sampai pada masa sekarang, sejujurnya banyak sekali rintangan yang dihadapi silih berganti, termasuk sebuah kegagalan di tahun lalu. Saat aku mengikuti seleksi masuk SPS dengan ke-2 temanku.
Kami belajar bersama, berdoa bersama, namun aku tidak masuk bersama dengan mereka.
Sakit sekali rasanya saat itu, benar-benar seperti Allah tengah meruntuhkan impianku.
Jahat sekali bukan pikiranku ini ?
Sebenarnya bukan karena kegagalan ini yang membuatku terasa sangat jatuh, tapi aku merasa gagal karena tidak mampu membahagiakan bapa juga mama.

Saat pengumuman tahun 2018 lalu, aku sangat melihat garis kekecewaan di wajah Bapa.
Lelaki yang sudah payah bekerja untuk terus mendukung setiap cita-cita anaknya.
Padahal, anaknya slalu berbuat dosa dan berbuat hal yang tidak baik kepadanya.
Begitu pula mamah, sering sekali aku mendengar tangisannya karena merasa gagal dalam mendoakan aku.
Padahal, ini memang kesalahanku bukan kesalahan mereka.
Sulit sekali untuk bangun dari sebuah kegagalan tersebut.
Terlebih saat melihat kedua temanku tengah berkuliah.
Aku sangat iri saat itu, sebuah rasa iri yang terus menghujam sampai diri ini lupa untuk mawas diri.

Hingga tiba pada satu masa bahwa aku harus bangun dan berlari kembali untuk mewujudkan semua cita yang sempat tertunda.
Aku mulai menyibukkan diri dengan segala aktivitas yang bisa ku lakukan.
Mengajar 5 hari dalam 1 Minggu, berjualan di hari Sabtu dan menghabiskan waktu baik dengan Mama, Bapa atau Danny.


Tak lama dari itu, Allah menghadapkanku lagi dengan sebuah babak baru.
Aku dan Danny harus terpisah jarak ribuan kilo meter, berpisah tempat tinggal, berpisah pulau.
Kami menjalani hubungan jarak jauh atau orang mengenalnya dengan sebutan LDR.
Danny mendapatkan sebuah pekerjaan yang sudah hampir 8 atau 9 bulan ia tunggu.
Sayangnya, saat itu pekerjaanya menuntut ia harus jauh dengan keluarganya termasuk aku.

Berat sekali rasanya saat itu, bagaimana tidak..aku harus berpisah dengan lelaki yang hampir setiap harinya menemaniku. Cukup lebay memang. Tapi itulah yang ku rasa.

Sekian bulan kami melalui hubungan jarak jauh, bukan hal yang mudah tentunya untuk dilewati.
Banyak sekali krikil yang terinjak, pertengkaran, salah paham, kesal, yang sebenarnya diakibatkan oleh rasa rindu.
Jujur..hal yang sangat sulit dibendung ialah rasa rindu.
Jika biasanya hanya perlu waktu tak kurang dari 5 menit sudah sampai dan bisa bertemu, kini perlu waktu 3 bulan sekali paling cepat untuk dapat bertemu langsung dengan jeda waktu 10 hari.
Rasanya ingin sekali ku perpanjang waktu dalam satu hari menjadi 30 jam mungkin. Ya walaupun aku tau itu sangatlah mustahil rasanya.

Sebuah permintaan konyol dari seorang budak cinta.

Setiap kali bertemu, bukan hilang rasa rindu, yang ada malah terus menerus bertambah.
Terlebih saat hari dimana Danny harus kembali ke Papua.
Sulit sekali untuk tidak menangis.
Ditahan pun sangat sulit dan tidak bisa sama sekali.
Sesak rasanya harus mengulang lagi hubungan jarak jauh.
Padahal harusnya sudah terbiasa, namun tetap saja tidak biasa.

Siapa orang di dunia ini yang terbiasa dengan perpisahan ?
Ku pikir tidak ada.

Hubungan jarak jauhku kembali datang...



hingga akhirnya...


Selasa, 28 Agustus 2018

Aku rindu

sudah sangat lama dari terakhir kali aku bercerita tentang orang yang sama.
izinkanku menyapamu "Hai tempat curhatku.."

seperti biasa, kamu mungkin sudah tahu apa maksud dariku yang selarut ini masih belum terhantam kantuk.
ya..
hati dan pikiranku terus berpacu dengan hal-hal yang terasa menyesakkan dada.
lucu memang, disaat orang lain telah tertidur, aku masih sibuk menenggelamkan diri untuk tidak mengingat hal-hal yang menyakitkan.


ah iya,
aku akan bercerita tentang seseorang yang masih menjadi bagian dalam doaku.
menjadi penyemangatku untuk terus berjuang, memperjuangkan apa-apa yang bisa aku perjuangkan.
memperjuangkan rindu yang ku rasa sangat menyesakkan.


Tuan
aku rindu
mengapa hampir setiap harinya aku tiada jemu untuk mengatakan itu ?
Tuan
aku rindu
aku amat sangat rindu
hingga aku merasa butuh satu kata lain yang sekiranya dapat menggambarkan betapa aku benar-benar sedih sendiri saat ini.
Tuan
aku rindu
sekaligus aku malu
aku malu mengapa aku tak bisa sekuat perempuan lain ?
mengapa aku terus merengek bak anak kecil kehilangan permen atau balonnya ?

Tuan
aku rindu
setiap aku membuka mata,
maka rinduku terus bertambah
seperti aku ini tengah menabung
menambah jumlah nominal kerinduan


Tuan
apakah hanya aku saja ?
apakah hanya aku saja ?
apakah hanya aku saja ?
apa hanya aku yang terus merindu sementara kamu ??



Tuan
aku rindu.

Rabu, 08 November 2017

Jika saja Tuhan berkenan

jika saja Tuhan berkenan menjelaskan kepadamu tentang apa-apa yang aku lewati tanpa kamu ketahui setiap harinya.
tentang apa-apa yang setiap malamnya aku tangisi.
tentang apa-apa yang selalu menjatuhkan sekaligus meremukkan hatiku hingga merekatkannya saja rasanya sangat sulit.
tentang apa-apa yang telah aku lakukan hanya untuk mewujudkan setiap semesta yang kamu ingini tanpa peduli sehancur dan seporak poranda apa semesta yang aku bangun sedari awal.

jika saja Tuhan lebih berkenan untuk menceritakan bagaimana aku yang seolah menghambakan diri hanya untuk dirimu dan bahagiamu.
jika saja lagi-lagi Tuhan berkenan untuk membuka hatimu dan kedua bola matamu, agar kamu dapat menyaksikan bagaimana runtuhnya hati dan bagaimana sulitnya kaki untuk berdiri sesaat kamu pergi tanpa sepatah kata pun.

jika saja Tuhan berkenan untuk membuatmu paham bagaimana rasanya menjadi aku yang terus menerus menginginkan kamu untuk bahagia karena memiliki aku.
jika saja Tuhan berkenan untuk menjelaskan semua yang telah aku lalui untuk sekedar menjaga apa-apa yang dengan mudahny akamu pandang sebelah mata, kamu hancurkan lalu kamu rekatkan kembali, kamu hancurkan lagi dan kamu rekatkan kembali...begitu lagi dan lagi.

jika saja Tuhan memperkenankan aku untuk meronta di hadapanmu, menangis sekencang kencangnya di bawah kakimu untuk sekedar membuatmu paham bahwasanya ada perempuan yang setengah mati memperjuangkan hatinya untuk seorang lelaki sepertimu.
memperlihatkan senyum dihadapanmu walau hatinya terus menerus terluka di setiap harinya.
bahwasanya ada perempuan yang terisak di keheningan malam hanya karena diperlakukan sebeininya olehmu.
ada perempuan yang deras air matanya menetes dan memejamkan mata karena lelah menangis semalaman.

jika saja Tuhan memperkenankan aku untuk memperlihatkan itu kepadamu.

jika saja Tuhan mampu mengatakan bahwa adalah aku perempuan yang tak jemu merafalkan doa untuk kelapangan rezekinya, adalah aku yang selalu merindunya, adalah aku yang slalu b erharap bahwa adalah kamu jawaban atas segala inginku tentang masa depan.

jika saja..
andai saja..
jika saja itu dilakukan oleh Tuhan, mungkinkah kamu akan terus setega ini ?
mungkinkah kamu akan membiarkan aku larut dalam sedih saatvmelihat punggung badanmu menjauh dari sudut pandangku ?
masihkah kamu tega membuatku menangis dan mengusap air mata ini sendirian ?

ketahuilah..
aku menyayangimu dari apa-apa yang aku kasihi di bumi.
aku menjaga hatiku dari apa-apa yang bisa saja membuatku hilang rasa kepadamu.

sungguh,
saat aku berkata bahwa aku benar menyayangimu itu adalah kalimat yang keluar dari lubuh hati paling dalam.
andai saja kamu mampu merasakannya.
andai saja kamu mampu melihatnya dan mampu memahaminya tanpa harus aku menuliskan hal ini sepanjang ini.



jika memang mencintaimu harus semenyedihkan ini, maka berilah aku kekuatan hati untuk senantiasa memasangkan senyum terluas, hati terlapang, mata berbinar untuk seolah memperlihatkan bahwa aku sangat baik-baik saja selama masih denganmu. dan jika memang untuk mendapatkan kasih sayang yang seutuhnya darimu harus ditebus dengan jutaan tetesan air mata, maka doakan aku untuk senantiasa menikmati setiap tangisan ini. Sebab bagaimana pun kamu terhadapku, bagiku tetap saja sama, bahwa aku amat menyayangimu jauh dari aku menyayangi hati dan ragaku sendiri.



with love
Intan.
 

Jumat, 21 April 2017

rinduku genap

terhitung 5 hari setelah kita berdebat, mendebatkan hal yang tentu dengan mudah membuat hati ini merasakan sakit yang cukup sempurna.
egoku besar, pun egomu.
kita 2 insan yang tengah berada dalam jurang ego yang sangat dalam.
aku mempertahankan diriku bahwa ini benar, begitupun denganmu.

baiklah, harus kamu ketahui.
saat ini, saat aku tengah mengetikkan entri baru dalam blogku, aku tengah berusaha untuk mengatur segala emosi yang tengah membumbung.
aku berusaha dengan sangat untuk tidak menitikkan satu tetes air mata.
semoga aku bisa.
ya kamu lihat saja apa yang akan aku selesaikan di akhir tulisan ini.

sudah 5 hari kita saling diam, diam tanpa ada yang berusaha untuk memperbaiki keadaan.
kemudian aku, yang mungkin bagimu pun sama "tak ada niat untuk memperbaiki". begitu bukan ?
sungguh.. sayang, aku benar-benar ingin memperbaiki semuanya.
aku ingin bahkan benar-benar ingin kembali dengan sangat bebas mengganggu waktumu dan memintamu dengan sangat mudah untuk datang menemuiku.
sungguh, aku rindu..

caraku yang aku rubah yang mungkin sangat aneh, aku diam.
aku tak ingin mengganggu harimu yang terlihat sangat padat dari instastory yang kamu upload.
aku tak ingin berdebat disaat kamu kelelahan.
dan harus kamu tahu, selama 5 hari ini. perempuanmu sangat sedih. setiap pergi dari rumah, aku selalu menyempatkan diri untuk menoleh ke arah rumahmu.

barangkali ada punggung badanmu yang tengah mengeluarkan motor. atau sedang apapun itu.
untuk apa ? untuk dapat melihatmu secara 2 detik.
(pada paragraf ini, air mata sudah terjun bebas dari pelupuk mata.
ah perempuanmu ini memang cengeng.)

aku terakhir melihatmu di hari pertama kita tidak saling menyapa.
dan itu terakhir, hingga saat ini aku belum lagi melihatmu.

sayang, sungguh rinduku sangat genap hari ini.
aku benar-benar merasa kalah lagi dan lagi.
aku rindu.
bagaimana bisa aku tidak rindu, dalam waktu yang lumayan menguras segala emosi dan pikiran tentang tugas skripsiku, tak ada kamu yang menyemangati.
tak ada kamu yang membuatku sedikit melupakan beban.
tak ada kamu yang membuatku tertawa dengan tindakan-tindakan recehmu.
benar-benar tak ada kamu, wajahmu, suaramu dan pesanmu.

aku benar-benar ingin memukulmu dengan sangat kencang, menamparmu hingga merah.
dan berkata mengapa harus sejahat ini.
mengapa harus setega ini.
membiarkan aku yang menangisi lelaki menyebalkan.
lelaki yang memuji dirinya sendiri, lelaki yang sangat mengesalkan.
dan lelaki yang membuatku rindu. KAMU

namun sebelumnya, maaf atas beban rindu yang mungkin membuatmu terganggu.
maaf atas ketidaksopananku yang setiap hari berharap ada satu pesan atau satu misscalled darimu.
meskipun itu tidak mungkin.

sungguh, aku rindu.
ah.
apakah teriakan rindu ini tak sampai di gendang telingamu ?
apakah kamu benar-benar sangat tidak peka?
AKU RINDU.
aku rindu melabuhkan peluk di dadamu.
aku rindu diusap pucuk kepala olehmu.
aku rindu semua hal yang terasa sangat aneh dan konyol saat kita bersama.
aku rindu.

ketahuilah, tak ada yang lebih menyedihkan dari menahan rindu terhadap seseorang yang bahkan tak diketahui turut merindu atau tidak.


ah iya, hari ini kamu pasti sedang sibuk-sibuknya.
maaf aku telah menyusahkanmu, meneriaki kata rindu, dan berulang kali menyebutmu dalam lipatan doa selepas shalat.

bagaimanapun kita pada akhirnya, harapku adalah aku tak mengecewakanmu lagi.


aku rindu kamu be.



Rabu, 19 April 2017

April..

hai blogku..
sudah sangat lama dari terakhir aku memposting sebuah entri tentang dia di pertengahan november tahun lalu.
sekarang ?
sudah masuk bulan ke empat di tahun 2017.
kalau kamu ingin tahu, aku sempat berpaling darimu dan memilih tumblr untuk memposting beberapa kalimat yang kurasa pas untuk menggambarkan bagaimana keadaan hatiku saat itu.
sayangnya, tumblr tak cukup lama bertahan dalam handphoneku.
akhirnya aku memilih blog lagi, memilih menuliskan beberapa tulisan yang sudah sangat pasti tak ada yang membacanya.

baiklah,
sepertinya kamu sudah paham bukan, mengapa aku memilihmu untuk menjadi media paling ampuh untuk mendengarkan segala cerita yang tak bisa dengan mudah aku ceritakan pada siapapun itu kecuali Allah Tuhanku.

kamu pun sudah pasti paham siapa yang aku maksud dalam tulisan ini.
ya..dia lelaki yang amat romantis di hari jadi ke 2 tahun,
lelaki yang dengan mudah membolak-balikkan perasaanku.
lelaki yang pandai membuatku menangis dan bahagia di waktu yang relatif sama.
lelaki yang hingga saat ini tak ku ketahui sedang dimana dan dengan siapa.
dengan siapa aku tahu sebenarnya, hanya saja itu tak cukup menguatkanku bahwa ia tengah dalam kondisi yang baik-baik saja.

namun aku sangat yakin bahwasanya ia pasti tengah dalam kondisi yang sangat baik.
aku syukuri itu.
sebab disetiap kali aku terbangun nama yang ku sebut untuk slalu allah lindungi setelah mama dan bapa adalah dirinya.
aku tak peduli bagaimana nanti akhir dari semua ini, akhir dari segala perjuangan dan penantian ini.
hanya saja aku akan slalu berbuat semampu dan sekuatku.

aku tidak ingin mendramatisir keadaan, sebab aku yakin aku mampu lebih kuat dan lebih dewasa dalam menyikapi hal ini.
aku mencoba untuk senantiasa  tegar dan menelan semuanya sendirian.
meski itu tak mudah dan aku masih kalah.
hanya saja, dia harus tau bahwa aku benar-benar merasa kalah dan diperbudak atas perasaanku sendiri.
aku memilih untuk menangis sendirian, dan memendam semuanya.
aku tidak ingin tampak lemah, sekalipun saat aku menuliskan hal ini isyarat yang ku buat akuu tak sekuat yang aku sebutkan.

perlu ia ketahui bahwa memendam rindu dan memendam perasaan bersalah sama sama menyiksa.
aku rindu, sangat rindu.

aku memohon setiap sujud terakhirku agar aku bisa cukup kuat dalam menghadapi ujian ini.
meski semua berat, dan tidak mudah. aku percaya, allah selalu menyertai setiap tetes air mata yang jatuh dengan bebas dari pelupuk mata.

satu hal yang aku ingin ia ketahui adalah, semenyakitkan apapun rasa yang aku miliki terhadapnya tak berubah sedikit pun.
semua masih sama.
dia masih menjadi lelaki yang ku harapkan menjadi pendampingku kelak.
lelaki yang menjadi tempat ternyaman untuk menumpahkan segala lelah.
lelaki yang sangat aku rindukan saat ini.


kapanpun ia membaca postingan ini.
aku berharap, kita masih tetap menjadi kita yang utuh dan semakin menguat.
kita yang mampu melewati ujian ini.

amiin.

Sabtu, 12 November 2016

Ada aku.

-Aku rindu setengah mati kepadamu.
Sungguh ku ingin kau tau..aku rindu setengah mati.
Aku rindu-

Penggalan lirik lagu yang saat ini menjejali isi telingaku.
Ya aku tengah dikalahkan lagi oleh perasaan rindu.
Entah untuk yang ke berapa kalinya aku dikalahkan oleh rindu.
Tapi apa mau dikata?
Aku memang tengah rindu.

Rindu kepada ia sang pemilik rindu ini.
Yang entah sampai dan dirasakan olehnya atau tidak.

Harapku satu.
Semoga saja ia merasakan.

Cukup merasakan saja.
Ya merasakan bahwa ada aku yang rindu.
Bahwa ada aku yang ingin digenapkan dalam satu pelukan.
Bahwa ada aku yang tengah membendung air kesedihan.

Harapku satu.
Semoga saja ia metasakan.

Bahwa ada aku.
Perempuan yang dahulu ia perjuangkan.
Bahwa ada aku.
Ada aku.
Ada aku.
:')

Minggu, 09 Oktober 2016

:')

Sudah tepat 20.33 wib.
Kita sudah hampir 24jam lebih tidak saling menyapa.
Kita menyiksa diri.
Dan kita terdiam dengan ratusan pemikiran yang membunuh.
Khususnya aku.
Aku kehabisan kata untuk menjelaskan bagaimana hatiku saat ini.
Bagaimana kita saat ini.
Dan bagaimana kita esok hari.

Mengapa harus separah ini?
Mengapa harus semenyakitkan ini?
Mengapa harus semenyedihkan ini?
Mengapa?
Bisakah kamu jelaskan jawaban dari semua pertanyaan yang sejatinya membuat nafasku terengah setiap detiknya.
Membuat ujung tenggorokanku kian tercekik.
Dan membuat air mata memencahkan kelopak mataku.

Taukah kamu seperti apa aku saat ini.
Aku menggigit bibirku, menguatkan diriku sendirian.
Menyeka stiap air mata sendirian.
Menelan semuanya serba sendirian.

Lalu kemana kamu?
Dimana kamu?
Dan seperti apa akhir yang kamu inginkan?
Seperti inikah?
Aku yakin bukan seperti ini.

Lantas mengapa?
Mengapa kamu mendiamkan "kita"
Mendinginkan "kita"

Jika mencintaimu itu perjuangan, belum cukupkah perjuanganku selama ini?
Belum cukupkah tulisanku menggambarkan betapa aku terpukul saat kamu pergi.
Dan betapa aku bahagia saat kamu ada.


Jika saja ketakutkanku dapat kamu baca dari jarak terdekat maupun terjauhmu.
Masihkah "kita" dibuat sesakit ini.


Hari ini rasanya tulisanku sangat tak bermakna dan tak beralur.
Ini karena hatiku tengah tak menentu.
Semoga kamu pahami.


Sekali lagi.
Haruskah 'kita' seperti ini?



Dan kesekian kalinya.
-aku menyayangimu-



Without you
10Intan.